"Kita harus menyembah Allah!" "Tidak, YHWH-lah yang kita sembah!" "No, He didn't have a name." Lalu, siapakah Dia? Sudah terlalu banyak orang yang berkutat pada permasalahan yang -dianggap- mendasar namun tidak berhasil menyentuh kedalaman-Nya. Berdebat mengenai nama (atau Nama?) Tuhan sama dengan berusaha mempermasalahkan jenis kelamin-Nya. Ketiga Ibrahimik, yang satu dengan "kami umat Tuhan", yang satu dengan "kami anak Tuhan", yang satu dengan "kami hamba Tuhan," ketiganya saling terkam "jangan anggap hanya kalian umat Tuhan", "Tuhan itu tidak beranak", "kita bukan hamba lagi, melainkan rekan Tuhan." Pusing? Bagus, berarti Anda berpikir! Hmm, atau Anda malas mendalami-Nya? NAMA Ibrahimik pertama mengenal 270 nama (atau Nama?) Tuhan, Ibrahimik kedua ditambah beberapa sapaan (atau Sapaan?)
kecil, dan Ibrahimik ketiga mengenal 99 nama (atau Nama?) Tuhan. Apakah selisih sekitar 170 nama merupakan sebuah kesesatan? Kebetulan, 2 nama yang paling populer dan ironisnya menjadi salah satu sumber deadlock adalah YHWH dan Allah. Ironis, karena ternyata dua kubu tersebut hanya suka berperang dan tidak mengalami kesadaran mengenai kedalaman-Nya. Masalahnya serupa ketika berdebat mengenai jenis kelamin-Nya, "He", "She", atau "It"? Ada juga yang berdebat mengenai penggunaan "anak" dan "hamba." Apa kesimpulan dari perdebatan itu? Kesimpulannya adalah, kedua kubu selalu berfokus pada penyalahan orang lain, namun tidak peduli kubu mereka sendiri benar atau salah. KELAMIN Jika banyak kaos bertuliskan "Tuhan, agama-Mu apa?", maka sepertinya akan ada produksi baru bertuliskan "Tuhan, jenis kelamin-Mu apa?" Berdebat mengenai…