Kekuatan Rantai

Sebuah bangunan memiliki sistem kompleks. Sebuah organisasi membentuk divisi-divisi membawahi sub-tugas dari organisasi tersebut. Sekolah merupakan proses mencapai tatacara pemikiran yang fleksibel (kreatif). Analogi rantai berpengaruh! Dimanakah letak kekuatan sebenarnya dari sebuah rantai?

Rantai. Kita semua tahu apa itu rantai. Rantai adalah kesatuan dari bagian-bagian terpisah yang membentuk suatu ikatan berurutan/serial. Kita mengenal bagian-bagian tersebut sebagai “mata rantai.”

Sebagai permulaan, saya ajukan sebuah pertanyaan pada pembaca :

Dimanakah letak kekuatan dari sebuah rantai?

Diantara orang-orang yang juga saya ajukan pertanyaan tersebut, dari kalangan sosial menjawab “pada ikatannya”, sedangkan penjawab dari bidang teknik menilai “pada material rantainya.” Keduanya benar, juga memberitahukan penjabaran alasan yang -bagi saya- sangat menakjubkan. Kedua kalangan yang notabene bertolak belakang cara pandang itu memberikan penjabaran yang nyaris serupa walau jawaban singkatnya berbeda.

Namun, ada suatu nilai implisit yang dilupakan oleh mereka. Nilai yang sangat sering dilupakan dan hampir tidak pernah disentuh oleh kalangan psikolog sekalipun.

Bagi saya dan beberapa orang lain, kekuatan sebuah rantai terdapat pada “kekuatan mata rantai yang paling lemah!” Rantai, sebagai kesatuan/ikatan dari banyak bagian, akan memperoleh kekuatannya ketika setiap bagian dari rantai tersebut memiliki kekuatan yang tinggi dan setara. Jadi, rantai akan dinilai kuat dan memang terbukti kuat ketika tidak satupun dari mata rantai memberikan nilai minus pada keseluruhan bagian. Pendapat tersebut terbukti sedikitnya pada 3 obyek aplikasi, yaitu “bangunan”, “organisasi”, dan “sekolah.”

Yang pertama, bangunan. Sebuah bangunan memiliki sistem kompleks yang akan ditangani oleh banyak orang ketika bangunan itu dibangun. Ada sistem elektrik, konstruksi beton, sampai dengan sistem parking. Antar sistem tersebut pasti saling mempengaruhi sehingga outputnya akan berupa kinerja dari bangunan itu sendiri. Analogi rantai memberitahukan pada kita bahwa kinerja bangunan tersebut akan benar-benar terbukti baik jika setiap sistem di dalamnya menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi kerja yang tinggi dan menghasilkan kinerja yang baik. Jika ada satu saja sistem yang lemah, akan membiaskan efek pada sistem yang lain karena penurunan tingkat kenyamanan penggunaan bangunan sehingga penilaian terhadap kualitas bangunan sudah pasti menurun.

Yang kedua, organisasi. Sebuah organisasi akan alami membentuk divisi-divisi sendiri yang membawahi sub-tugas dari organisasi tersebut. Dalam penerapannya, sebuah organisasi akan dinilai baik jika dapat berprestasi memukau. Tetapi ada kesalahan dalam sikap penilaian semacam itu. Kesalahannya adalah tidak ada penilaian yang menyeluruh terhadap satuan-satuan kecil yang sebenarnya bekerja tidak maksimal. Jika penilaian prestasi dianggap 100%, mungkin jika nilai minus dri satuan-satuan tadi ditambahkan, 100% tadi akan turun drastis dan mungkin sekali menunjukkan angka dibawah 50%. Apa yang terjadi? Sekali lagi analogi rantai membawa kita pada pemahaman akan apa yang disebut “kinerja keseluruhan organisasi.” Organisasi tidak bagus jika hanya menunjukkan kebaikan sebagian saja. Organisasi akan mencapai puncak prestasinya ketika tidak ada divisi yang memberikan nilai minus dan terus berada pada level tertingginya.

Yang terakhir, sekolah. Sekolah merupakan proses/tahap seseorang dalam mencapai tatacara pemikiran yang fleksibel (kreatif). Karena disebut proses, maka di dalamnya terdapat banyak sekali langkah yang harus ditempuh menuju taraf tertinggi dari pembelajaran. Tahapan-tahapan tadi berikatan membentuk suatu rantai edukasi. Dengan demikian, seseorang akan mencapai “Buddha” jika dia melakukan tahap pembelajaran dengan sempurna. Perlu diingat bahwa sempurna buka berarti tidak gagal, karena pepatah mengatakan “Bahkan seribu langkah keberhasilan dimulai dengan satu langkah kecil.” Tetapi pada akhirnya, hasil akan berbicara, tetapi proses yang harus dinilai. Mata rantai yang dilalui setiap orang menuju kesempurnaan adalah hasil dari pencapaian kinerja yang tinggi pada setiap langkah pembelajaran yang dilalui.

Dari 3 obyek tersebut, analogi rantai memberikan “nilai yang sesungguhnya” pada setiap “sesuatu” yang terjadi. Untuk obyek lain, silahkan pembaca melakukannya terhadap kejadian yang ada di depan mata masing-masing. Sampai bertemu di Phospor yang lain, yang berusaha selalu menyala dalam gelap.

Salam.

4 comments

  1. Sindroe - June 2009 04:20

    Benar juga kata Anda, smga bisa bermanfaat!

    Tengkyu!

    Reply
  2. Mbah M - June 2009 15:31

    Terimakasih…doakan agar bisa bermanfaat selalu…

    Reply
  3. Pengembangan Diri - March 2011 11:25

    artikel yang bagus.
    saya sangat setuju bahwa kekuatan rantai terletak pada mata rantai yang paling lemah

    Reply
  4. Mbah M - April 2011 11:42

    Terimakasih
    Semoga bisa mencerahkan…

    Reply

Have your say